Kamis, 26 Februari 2009

WANAYASA

DARI sekian banyak objek wisata yang terdapat di Kabupaten Purwakarta, bendungan Jatiluhur masih menjadi primadona. Di tempat kedua, berdasarkan kunjungan wisatawan, adalah Situ Wanayasa. Tidak kurang dari 10.000 orang mengunjungi tempat ini saat musim liburan Lebaran lalu.

Selain berada di lokasi berhawa sejuk, danau ini dilatarbelakangi panorama yang sangat indah. Terletak di kaki bukit Gunung Burangrang, Situ Wanayasa, oleh masyarakat setempat diibaratkan sebagai gerbang desa. Disebut sebagai gerbang desa, menurut salah seorang tokoh masyarat Uci Sanusi (62), disebabkan Situ Wanayasa menjadi tempat pertemuan masyarakat desa dengan pendatang atau wisatawan.

Gerbang desa hanyalah satu dari tiga fungsi yang tercipta dari keberadaan danau ini. Fungsi kedua lainnya adalah sebagai sumber irigasi persawahan penduduk dan penunjang ekonomi masyarakat terutama kaum pedagang. Keindahan Wanayasa yang mengundang pendatang menumbuhkan semangat entrepreneur penduduk sehingga menumbuhkan perniagaan di sekitar situ (danau).

Tak ada orang yang tahu pasti sejak kapan danau ini muncul. "Menurut cerita orang-orang tua di sini, Situ Wanayasa muncul antara tahun 1681 s.d. 1700," kata Uci. Konon, dulu Situ Wanayasa memiliki luas hampir 40 sampai dengan 50 ha. Saat ini menyusut hingga hanya seluas 5 ha.

Kondisi memprihatinkan memang sedang terjadi di objek wisata yang potensial ini. Perlahan, tapi pasti luas danau semakin menyusut. Menurut salah seorang tokoh pemuda di Desa Wanayasa, Didin Syafrudin (32) bukti pendangkalan ditunjukkan dengan munculnya area persawahan di sekitar danau. Area tersebut tadinya tidak ada. Masyarakat langsung memanfaatkannya tanpa merasa harus membuktikan kepemilikan tanah.

"Sebenarnya Situ Wanayasa sedang merana. Baik masyarakat juga pemerintah hanya terlena pada keindahannya, tetapi tak mau merawatnya dengan serius," kata Didin. Ia yakin bila ada yang menggarap Situ Wanayasa dengan serius, maka wisata ini tidak akan kalah hebat dengan wisata air panas Ciater atau pemandangan Gunung Tangkubanparahu.

Untuk mengembangkan potensi besar ini, sebenarnya tidak terlalu sulit. Infrastruktur ke arah sana sudah mulai baik. Akses jalan menuju situ terbuka lebar. Wisatawan akan memiliki banyak pilihan. Mereka tak harus berhenti di Situ Wanayasa, jika belum letih perjalanan masih bisa dilanjutkan ke tempat lainnya seperti Curug Cibulakan. Konon menurut cerita rakyat, air Situ Wanayasa berasal dari rembesan Curug Cibulakan. Setelah Curug Cibulakan, masih ada lagi Curug Cijalu, Ciater dan Batu Kapur, hingga perjalanan berakhir ke arah Lembang.

Saat ini, Situ Wanayasa sudah dimanfaatkan oleh kalangan pedagang kecil. Penduduk sekitar bermunculan sebagai pedagang, menjajakan makanan khas Desa Wanayasa. Potensi untuk meningkatan APBD juga terbentang lebar, misalnya lewat pemungutan retribusi.

Didin berharap, bila Pemkab Purwakarta belum mampu memoles potensi wisata di daerah ini sebaiknya merelakannya pada pihak ketiga. "Tempat ini memang memerlukan investasi besar. Tidak apa jika memang ada pihak ketiga atau investor besar yang mau menyentuhnya,

2 komentar:

  1. Salam kenal kak! Kami dari Mahasiswa pelaksana KKN (Kuliah Kerja Nyata) di Kecamatan Wanayasa, ingin menjalin komunikasi dan bertukar referensi dari kakak terkait tanah kelahiran kakak, Wanayasa, yang indah ini.

    Kami punya projek untuk mendukung promosi pariwisata di desa kakak ini. Jika kakak bersedia turut mendukung kecintaan kami pada Wanayasa, sebagaimana kakak pun mencintai Wanayasa, boleh kak untuk menghubungi kami di theresiamarsha95@gmail.com?

    Kami akan dengan sangat senang hati untuk bisa bertukar pikiran dengan kakak.

    Salam,
    Marsha

    BalasHapus